Minggu, 04 November 2012

Pemuda Anti Galau

Oleh :Taufiqurrahman Al Harits
Sudah sepekan ini Budi bolos kuliah. Bukan karena dia tengah disibukkan aktivitas non kampus. Sebab sepekan itu pula dia pun tak terlihat di masjid sholat berjama’ah dan mengikuti kajian Islam. Saat ditemui kawan-kawan sekampus, Budi bercerita bahwa dirinya malas keluar kos. Akhir-akhir ini dia hanya tidur-tiduran serta bermain internet dan game di Laptop. Budi mengaku bahwa ia sedang bosan dengan tugas-tugas kuliah yang menumpuk.
Sama halnya dengan Budi, Rima seorang mahasiswi penyuka sinetron dan film korea juga mengalami hal serupa. Dia merasa sedih hanya karena beberapa saat lalu pacarnya tidak membalas smsnya. Dia hanya diam menyendiri di kamar dan menangis berhari-hari. Lalu dia tumpahkan semua perasaannya di jejaring sosial.
Kegalauan jiwa yang menimpa ke dua kawan kita di atas mungkin sering pula kita jumpai di lingkungan kita. Atau bahkan kita sendiri yang pernah mengalaminya.
Kata galau akhir-akhir ini memang popular kita dengar sebagai istilah gaul dalam kehidupan remaja.Tidak hanya sebagai sebuah istilah gaul yang kerap mereka sebutkan, rupanya tanpa sadar mereka pun menganggap kondisi kegalauan jiwa ini sebagai bagian dari hidup gaul. Dalam istilah mereka, ‘Engga Galau engga Gaul.’
Akibatnya, mereka akan merasa senang dan dianggap sebagai remaja gaul jika mereka ikut merasakan galau dalam jiwanya. Musibah sekecil apapun akan sangat sensitive menyentuh perasaan mereka yang kemudian membuat mereka bersedih dan menangis. Atau seperti yang dialami Budi, yang kemudian malas kuliah dan lebih memilih tidur-tiduran. Dan ketika kegalauan itu diketahui oleh orang lain, mereka merasa bangga dan senang karena dipandang sebagai remaja gaul. Seperti telah terjadi upaya kanalisasi eksistensi dalam jiwanya. Tak heran jika kemudian, mereka dengan mudahnya mengekpresikan ke’galau’annya melalui facebook ataupun twitter untuk mendapat respon dari kawan-kawannya.
Jika dianalisis secara psiko-sosial, para remaja yang seringkali update status bernada galau, pada dasarnya disebabkan oleh obsesi untuk menjadi pusat perhatian teman-teman sebayanya. Karena yang tengah menjadi trend adalah fenomena tersebut, maka mereka menganggap jika keluar dari trend maka mereka akan terasing dari komunitasnya. Keinginan untuk dianggap “ada” bahkan lebih baik dan paling “hebat” mendorong mereka untuk berperilaku ganda. Berbeda kepribadian antara dunia nyata dan dunia maya. Yang tadi biasanya pendiam dapat menjadi sangat enerjik untuk mengekspresikan dirinya.  Keadaan ini juga memaksa mereka untuk dapat menampilkan “kepalsuan” yang diciptakan hanya untuk terlihat lebih dan beda.
Fenomena demikian tentu tidak sepantasnya terjadi dalam kehidupan pemuda muslim. Seorang muslim harus pandai memahami setiap masalah lalu menyikapinya dengan bijak. Bukan dengan melebih-lebihkan masalah sepele. Karena itu adalah bukti bahwa dia tidak sanggup menerima ujian yang menimpanya.
Dalam menyikap setiap problema, seorang pemuda muslim tidak sewajarnya mengeluh dan mengeluh. Padahal mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Justru menambah beban masalah dalam dirinya. Terlebih ketika keluhan itu disampaikan ke arah yang salah.
Seorang pemuda muslim, dalam menyikapi masalah senantiasa bijak dan berbaik sangka. Ia tidak pernah mengeluhkan masalah secara berlebihan, apalagi jika hanya untuk pamer masalah. Ia memahami bahwa ujian yang menimpanya tidak akan melebihi batas kemampuan dirinya untuk mengatasinya. Dan pada hakikatnya, ujian itu datang dari Allah untuk menguji keimanannya.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 155)
Karena ujian itu datang dari-Nya, maka ia pun mengeluhkan masalah itu kepada-Nya dan memohon agar dicarikan jalan keluarnya. Kemudian ia berusaha untuk tetap sabar dalam menjalani ujian sembari terus berikhtiar mencari solusi.
Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan Sholat dan sesungguhnya Sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” (QS Al Baqarah: 45)
Untuk itu wahai pemuda muslim, jangan mudah mengeluh dan jenuh. Jadilah pemuda yang kuat mental dan tangguh dengan keimananmu.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS – Ar Ra’d 28)
Wallahu waliyut taufiiq

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Menulis Komentar/Saran/Masukan

Jazakallah Khair....

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More