Oleh: Rina Asrina
Masyarakat
terutama remaja Indonesia rela mengantri satu hari satu malam demi mendapatkan
tiket konser boyband Korea yang harganya mencapai 2 juta rupiah. Mmm... Ada apa
dengan Korea?
Hallyu atau demam Korea telah menjadi
virus yang merajalela dan menginfeksi Indonesia sejak 2002 lalu. Budaya populer Korea ini telah menjadi kiblat
tersendiri bagi masyarakat terutama remaja Indonesia yang mulai mengikuti semua
trend yang datang dari negeri kimchi ini.
Mulai dari makanan, film, lagu, fashion sampai boy band yang
datang dari Korea seolah datang dari syurga dan diburu di mana saja. Bahkan, masyarakat pun mulai menginjeksi dan
menduplikasi diri dengan gaya maupun style Korea dalam kehidupan
sehari-hari.
Drama Korea merupakan penyebab dari
mulainya Hallyu di berbagai Negara. Berbagai stasiun
televisi di Indonesia mulai menyiarkan drama yang datang dari negara
semenanjung Asia tersebut. Dan wabah
demam pun mulai menyebar.
Wabah ini selanjutnya menyuntik
penggemarnya dengan musik, sehingga lagu-lagu yang dibawakan penyanyi korea (dikenal
dengan K-pop) menjadi booming dan mendapatkan tempat pertama di hati
Indonesia. Selanjutnya masyarakat mulai
mengikuti gaya-gaya tersebut sehingga menjadikan wabah semakin tak terbendung. Indonesia pun menjadi syurga strategis bagi
artis korea untuk menggelar konsernya, rakyat pun terbius dan rela antri
berhari-hari dan berlomba ‘membuang’ uang saku mereka. Yang perlu diherankan, darimana para remaja dari
kalangan menengah ke bawah ini mendapatkan kocek mahal demi menonton
konser-konser itu?
Rupanya wabah demam korea ini kemudian berdampak pada pariwisata.
Lokasi syuting drama korea yang terkenal menjadi obyek pariwisata yang digemari
para turis untuk dikunjungi. Tentu dengan semakin banyak turis yang mendatangi
korea selain berimplikasi terhadap bertambahnya devisa negara juga dapat
sekaligus lebih mendekatkan secara emosional antara korea dengan turis. Akan
lebih banyak orang yang merasa dekat dengan negara korea dan pelan-pelan akan
memunculkan rasa sense of belonging. Siapa yang gajah siapa yang tikus?
Tentunya kita harus bertanya kembali
telah sampai di mana iman kita?
Sebenarnya jika dilihat dari segi yang lebih luas, demam
korea maupun k-pop ini telah merugikan banyak hal bagi rakyat Indonesia yang
mayoritas adalah muslim. Pertama,
masyarakat Indonesia terkenal dengan budaya timur yang santun, gotong royong,
dan sebagainya. Jika budaya populer
seperti demam korea ini muncul tentunya akan merusak segi-segi itu secara
perlahan, dan sudah terjadi dengan melihat
kondisi remaja jaman sekarang yang lebih senang nonton konser bersama
teman-temannya daripada berkumpul bersama keluarga atau melakukan kegiatan
positif dalam kancah sosial. Kedua,
demam ini telah membuat iman remaja semakin tak terarah sebagai muslim
yang pada akhirnya akan menimbulkan
dilema tersendiri bagi remaja tersebut.
Karena sebagai muslim kita harus menjaga semua sisi kehidupan kita dari
berbagai hal subhat maupun haram. Dan deskontruksi keimanan pun akan dan sedang
terjadi. Ketiga, akhlak umat yang
terkikis dari budaya-budaya non muslim telah benar-benar sedang terjadi. Dan ketiga hal dari sekian banyak kerugian
ini harus ditanggung oleh seluruh umat Islam yang ada di Indonesia. Apa yang akan terjadi pada generasi memang
harus diperhatikan, dan Allah telah benar-benar memfirmankan “Kabarkanlah kepada orang-orang
munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang
mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Apakah mereka
mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan
kepunyaan Allah.” (An Nisa: 138-140) selanjutnya
Allah juga telah memperingatkan kita, “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi
wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan
yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu).” (QS: Al-Nisaa’. 144).
Menurut Ibn Katsir , yang dimaksud dengan lafadz “auliya’” itu bermakna
penolong, kekasih, teman akrab, pemimpin dan idola. Adanya rasa simpatik dan
empatik dalam hati karena menjadikan penolong, kekasih, teman akrab, pemimpin
dan idola ghairul muslim, bisa menyebabkan lunturnya iman seseorang dan
bisa mengkonversi dari mukmin menjadi munafiq. Maukah kita disebut sebagai
golongan munafik itu? Na’udzubillah himindzalik. Allahu’alam bisshawwab
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Menulis Komentar/Saran/Masukan
Jazakallah Khair....