Minggu, 04 November 2012

Perlu ‘Kompres’ untuk Demam Korea

Oleh: Rina Asrina
Masyarakat terutama remaja Indonesia rela mengantri satu hari satu malam demi mendapatkan tiket konser boyband Korea yang harganya mencapai 2 juta rupiah. Mmm... Ada apa dengan Korea?
Hallyu atau demam Korea telah menjadi  virus yang merajalela dan menginfeksi Indonesia sejak 2002 lalu.  Budaya populer Korea ini telah menjadi kiblat tersendiri bagi masyarakat terutama remaja Indonesia yang mulai mengikuti semua trend yang datang dari negeri kimchi ini.  Mulai dari makanan, film, lagu, fashion sampai boy band yang datang dari Korea seolah datang dari syurga dan diburu di mana saja.  Bahkan, masyarakat pun mulai menginjeksi dan menduplikasi diri dengan gaya maupun style Korea dalam kehidupan sehari-hari.
Drama Korea merupakan penyebab dari mulainya Hallyu di berbagai Negara.  Berbagai stasiun televisi di Indonesia mulai menyiarkan drama yang datang dari negara semenanjung Asia tersebut.  Dan wabah demam pun mulai menyebar.
Wabah ini selanjutnya menyuntik penggemarnya dengan musik, sehingga lagu-lagu yang dibawakan penyanyi korea (dikenal dengan K-pop) menjadi booming dan mendapatkan tempat pertama di hati Indonesia.  Selanjutnya masyarakat mulai mengikuti gaya-gaya tersebut sehingga menjadikan wabah semakin tak terbendung.  Indonesia pun menjadi syurga strategis bagi artis korea untuk menggelar konsernya, rakyat pun terbius dan rela antri berhari-hari dan berlomba ‘membuang’ uang saku mereka.  Yang perlu diherankan, darimana para remaja dari kalangan menengah ke bawah ini mendapatkan kocek mahal demi menonton konser-konser itu?
Rupanya wabah demam korea ini kemudian berdampak pada pariwisata. Lokasi syuting drama korea yang terkenal menjadi obyek pariwisata yang digemari para turis untuk dikunjungi. Tentu dengan semakin banyak turis yang mendatangi korea selain berimplikasi terhadap bertambahnya devisa negara juga dapat sekaligus lebih mendekatkan secara emosional antara korea dengan turis. Akan lebih banyak orang yang merasa dekat dengan negara korea dan pelan-pelan akan memunculkan rasa sense of belonging.  Siapa yang gajah siapa yang tikus?
Tentunya  kita harus bertanya kembali telah sampai di mana iman kita?
Sebenarnya jika dilihat dari segi yang lebih luas, demam korea maupun k-pop ini telah merugikan banyak hal bagi rakyat Indonesia yang mayoritas adalah muslim.  Pertama, masyarakat Indonesia terkenal dengan budaya timur yang santun, gotong royong, dan sebagainya.  Jika budaya populer seperti demam korea ini muncul tentunya akan merusak segi-segi itu secara perlahan, dan sudah terjadi dengan  melihat kondisi remaja jaman sekarang yang lebih senang nonton konser bersama teman-temannya daripada berkumpul bersama keluarga atau melakukan kegiatan positif dalam kancah sosial.  Kedua, demam ini telah membuat iman remaja semakin tak terarah sebagai muslim yang  pada akhirnya akan menimbulkan dilema tersendiri bagi remaja tersebut.  Karena sebagai muslim kita harus menjaga semua sisi kehidupan kita dari berbagai hal subhat maupun haram. Dan deskontruksi keimanan pun akan dan sedang terjadi.  Ketiga, akhlak umat yang terkikis dari budaya-budaya non muslim telah benar-benar sedang terjadi.  Dan ketiga hal dari sekian banyak kerugian ini harus ditanggung oleh seluruh umat Islam yang ada di Indonesia.  Apa yang akan terjadi pada generasi memang harus diperhatikan, dan Allah telah benar-benar memfirmankan “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (An Nisa: 138-140) selanjutnya Allah juga telah memperingatkan kita, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu).” (QS: Al-Nisaa’. 144).
Menurut Ibn Katsir , yang dimaksud dengan lafadz “auliya’” itu bermakna penolong, kekasih, teman akrab, pemimpin dan idola. Adanya rasa simpatik dan empatik dalam hati karena menjadikan penolong, kekasih, teman akrab, pemimpin dan idola ghairul muslim, bisa menyebabkan lunturnya iman seseorang dan bisa mengkonversi dari mukmin menjadi munafiq.   Maukah kita disebut sebagai golongan munafik itu? Na’udzubillah himindzalik. Allahu’alam bisshawwab

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Menulis Komentar/Saran/Masukan

Jazakallah Khair....

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More