Minggu, 04 November 2012

Wawancara Ekslusif


Bersama Ustadz Wahyu Iwa Sumantri

Oleh: Muslimah Zahro
 
 1. Seperti Apakah sosok pemuda yang proaktif dan produktif ?
 kalau ditanya tentang pemuda, orang seringkali mengidentifikasi adalah  orang yang berusia dibawah 30 thn. Dan seringkali dinisbahkan kepada golongan yang belum menikah, kalau sudah menikah ia tidak tergolong pemuda lagi walaupun usianya masih tergolong muda,  ini tentu tergantung kepada sisi yang dipakai dalam menilai atau mendefinisikan seorang pemuda.
Jika bicara tentang pemuda maka tidak bisa dilepaskan dari pemudi, padahal antara pemuda dan pemudi memiliki fungsi, derajat, dan juga hal yang bisa dilakukan secara spesifik. Satu dengan yang lain harus mengetahui perannya. Ada dua hal yan harus disadari sebelum melangkah menjadi pemuda yang proaktif, yaitu:
1)      Menyadari identitas dirinya, jika ia menyadari bahwa dirinya sebagai seorang pemuda, tentu dengan sendirinya ia memahami punya tanggung jawab. Ketika ia melihat ada orang-orang di bawahnya maka ia memposisikan dirinya sebagai seorang  kakak.
2)      Menyadari ada orang-orang yang di atas usianya yang harus dihormati, maka ia harus menempatkan diri untuk mengikuti jejak pendahulunya. Yaitu orang yang masih hidup di zamannya atau orang yang sudah berlalu atau meninggal, tetapi mereka menunjukkan satu keteladanan. Tentu dengan menyadari posisi dirinya ia akan semakin berperan menjadi proaktif, ia harus bisa menjadi teladan bagi adik-adiknya. Dimanapun kita berada, kita menjadikan diri sebagai sentral perubahan menuju perbaikan pada keadaan yang lebih baik. Ketika menempatkan diri sebagaiorang yang lebih muda, maka kita harus mempersiapkan diri, mensupport, memberikan dukungan serta pencerahan.
Pada umumnya pemuda memiliki energi yang luar biasa. Pada tingkat proaktif tidak  menunggu diberinya tanggung jawab oleh siapapun tetapi ia sertamerta dengan otomatis  memerankan fungsinya sebagai pemuda.
Jika berbicara tentang produktif,  tentu mempunyai ukuran-ukuran dan batasan. Jika pemuda itu adalah seorang mahasiswa, maka ukuran produktifnya adalah lulus S-1 sebelum empat tahun, itu salah satu contoh produktif. Contoh lainnya ketika tahapan-tahapan penimbaan ilmu menuju seorang profesional, misalnya seorang mahasiswa/i  kita ukur pada semester pertama mungkin dia belum bisa apa-apa, ukurannya yaitu bertambahnya ilmu dasar. Namun ketika menginjak semester ke-2 maka tidak selayaknya lagi sama seperti semester pertama, ada ukuran peningkatan sesuatu yang didapat dalam kecakapan teknis sesuai dengan profesi yang sekarang digeluti  misalnya menjadi seorang jurnalis maka ukurannya yaitu pada kemampuan menulis. Jika pada semester pertama belum bisa menulis apa-apa, maka semester ke-2 minimal satu bulan satu tulisan. Maka pada semester dua, harus mampu memproduksikan enam tulisan. Dan pada semester ke-3 ia mampu melahirkan satu tulisan per-pekan dan seterusnya.  Maka produktifnya pemuda pada usia dan statusnya sebagai mahasiswa meningkat. Itulah yang dinamakan produktif, tergantung dari sisi mana, status apa, dan profesi apa yang diukur. 
2. Apakah sifat Proaktif dan Produktif merupakan sifat pembawaan (talenta) ataukah ia lahir melalui pembentukkan?
 Semua itu benar, ada yang  Allah berikan talenta alami, ketika mengamati sesuatu ia langsung bisa menulis puisi. Apalagi ketika jatuh cinta, itu paling mudah menggerakkan seseorang untuk menuliskan perasaannya. Nah, bagaimana mengkondisikan setiap momentum sesuai dengan intinya sehingga memudahkan ia  merespon menjadi sebuah produk. Setiap manusia mempunyai talenta dasar untuk memproduksi sesuatu yang bersumber dari suara hatinya. Sedang teori penulis yang mengatakan ,” Tulislah apa yang ada di hatimu, dan tulislah apa yang ada di pikiranmu serta jangan ragu buatlah dengan kalimatmu sendiri ”. ketika kita berhadapan dengan ukuran-ukuran nilai apakah sebuah tulisan itu berkualitas dalam arti hanya tingkat lokal atau nasional dan lain sebagainya, maka di sinilah kita memerlukan pembelajaran.  Talenta tidak akan memenuhi syarat itu kecuali dengan proses yang tidak mudah, pendidikan formal itulah yang akan menuntun kita pada kapasitasnya.
3. Bagaimanakah cara membentuk pemuda yang proaktif dan produktif ?
cara membentuknya bisa dengan formal dan non-formal, non-formal yaitu melatih apa yang ada didalam hati kemudian ditulis ,dikirimkan, ditempel sendiri, dan menjadi kreatifitas, hingga orang lain dapat menilai. Sedangkan secara formal yaitu melalui lembaga pendidikan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Menulis Komentar/Saran/Masukan

Jazakallah Khair....

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More